Bahasa& Sastra. No. ISBN. -6 e-ISBN 978-979-796-655-3. Tahun. 2021. Halaman. 215. Citra Putri Mandalika dan Perempuan Sasak Milenial (Agusman) 3. Cerita Rakyat dalam Perspektif Kajian Ekologi (Randa Kontestasi Legitimasi dalam Cerita Rakyat Jawa Timur (Nadya Afdholy) 7. Dampak Legenda La Hila Putri Donggo Kala Kabupaten
Abstract Etnis Sasak seperti halnya etnis-etnis yang lainnya mempunyai identitas dan keunikan sendiri. Bahasa Sasak yang merupakan identitas etnis Sasak sampai sekarang masih memiliki fungsi praktis sebagai alat komunikasi, yaitu dipergunakan dalam komunikasi sehari-hari oleh penuturnya. Hal tersebut terbukti dari penggunaan bahasa Sasak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat penuturnya, seperti pembicaraan dalam lingkungan keluarga, masyarakat, kantor, dan masih ada yang menggunakannya sebagai bahasa pengantar di lingkungan sekolah. Di samping berfungsi sebagai alat komunikasi, bahasa Sasak juga berfungsi sebagai alat pengungkap rasa seni. Hal ini dapat dilihat dalam aktivitas sastra seperti bekayaq, wayang sasak, lelakaq, cilokaq, dan tradisi lisan lainnya yang menggunakan bahasa Sasak sebagai media pengungkapnya. Masyarakat Sasak seperti juga masyarakat etnis lain mempunyai beragam sastra lisan, seperti pantun, mantra, syair, dan cerita-cerita rakyat prosa. Sastra lisan Sasak sebagai bagian dari kebudayaan yang pernah hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat, tentu mempunyai fungsi dan kedudukan di tengah-tengah masyarakat penuturnya, seperti sebagai sarana penghibur, pendidikan, dan komunikasi. Sebagai salah satu ragam sastra lisan yang dimiliki oleh suku Sasak di Pulau Lombok, cerita rakyat merupakan kekayaan budaya yang mengandung nilai-nilai budaya bagi masyarakat penuturnya. Padahalcabe dalam bahasa Sasak adalah "sebia" (dibaca "sebie") [ Sejarah Asal Usul Nama Lombok | Cerita Rakyat Suku Sasak Lombok ] Cerita di bawah ini akan menjelaskan asal usul mengapa disebut Lombok dan Sasak. Nama Lombok dalam berbagai cerita lisan maupun tertulis dalam takepan lontar adalah salah satu nama dari Pulau Lombok. ABSTRAK Muatan lokal atau mulok bahasa Sasak sedang gencar disuarakan sejak tahun 2013. Suara pengajaran mulok berlanjut ke pembuatan dan banyaknya buku mulok yang diterbitkan. Pembuatan mulok Sasak bukan tanpa tan-tangan. Secara kebahasaan, bahasa Sasak sebagai bahasa lisan dengan empat variasi dialektal secara fonologi masih belum begitu mapan dan berterima bentuk standar yang dihipotesiskan. Dengan demikian, pembuatan buku atau bahan ajar mulok Sasak berjalan mencoba menerangkan apa yang masih dikembangkan. Tulisan ini adalah kajian deskriptif menggunakan metode dokumenter dalam pengumpulan datanya. Data yang terkumpul dianalisis secara kualitatif. Buku atau bahan ajar mulok yang dijadikan sampel adalah buku mulok untuk sekolah menengah pertama, yaitu kelas tujuh, delapan, dan sembilan. Analisis terhadap data yang ada menunjukkan kata kerja yang digunakan dalam materi mulok Sasak terbagai menjadi bentuk transitif dan intransitif dengan pola yang berva-riasi. Variasi pola memiliki kecenderungan bercermin pada bahasa Indonesia. Dengan demikian, diperlukan kajian tersendiri mengenai tata tulis bahasa Sasak untuk muloknya. ABSTRACT Sasak local language teaching has been being promoted since 2013. It does impact toward the writing dan publishing local language teaching book. However, this program faces obstacle. Sasak as an oral language with four dialectals has not been accepted as whole even though the standard form has been proposed. So, the writing and publishing of the books of Sasak are used to desiminate what is being developed. This writing is descriptive one using documenter study. Data which were gathered analized using qualitative in this writing were taken from Buku Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Sasak kelas 7-9. The result shows that verbs used are divided into transitive and intransitive with many variants. These variants tends to follow Indonesian rule. Thus, it is a need to have deep study on structure of Sasak for Mulok. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 615KATA KERJA DALAM BUKU MUATAN LOKAL BAHASA SASAKLalu Erwan HusnanKantor Bahasa Nusa Tenggara Barat, Indonesia laluhusnan lokal atau mulok bahasa Sasak sedang gencar disuarakan sejak tahun 2013. Suara pengajaran mulok berlanjut ke pembuatan dan banyaknya buku mulok yang diterbitkan. Pembuatan mulok Sasak bukan tanpa tan-tangan. Secara kebahasaan, bahasa Sasak sebagai bahasa lisan dengan empat variasi dialektal secara fonologi masih belum begitu mapan dan berterima bentuk standar yang dihipotesiskan. Dengan demikian, pembuatan buku atau bahan ajar mulok Sasak berjalan mencoba menerangkan apa yang masih dikembangkan. Tulisan ini adalah kajian deskriptif menggunakan metode dokumenter dalam pengumpulan datanya. Data yang terkumpul dianalisis secara kualitatif. Buku atau bahan ajar mulok yang dijadikan sampel adalah buku mulok untuk sekolah menengah pertama, yaitu kelas tujuh, delapan, dan sembilan. Analisis terhadap data yang ada menunjukkan kata kerja yang digunakan dalam materi mulok Sasak terbagai menjadi bentuk transitif dan intransitif dengan pola yang berva-riasi. Variasi pola memiliki kecenderungan bercermin pada bahasa Indonesia. Dengan demikian, diperlukan kajian tersendiri mengenai tata tulis bahasa Sasak untuk kunci mulok, Sasak, kata kerjaABSTRACTSasak local language teaching has been being promoted since 2013. It does impact toward the writing dan pub-lishing local language teaching book. However, this program faces obstacle. Sasak as an oral language with four dialectals has not been accepted as whole even though the standard form has been proposed. So, the writing and publishing of the books of Sasak are used to desiminate what is being developed. This writing is descriptive one using documenter study. Data which were gathered analized using qualitative in this writing were taken from Buku Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Sasak kelas 7—9. The result shows that verbs used are divided into transitive and intransitive with many variants. These variants tends to follow Indonesian rule. Thus, it is a need to have deep study on structure of Sasak for words mulok, Sasak, verbsPENDAHULUANBahasa Sasak adalah bahasa ibu etnis Sasak. Bahasa ini masuk ke dalam subkelompok bahasa Bali-Sasak-Samawa atau subkelompok Bali. Kelompok ini masuk ke dalam subrumpun bahasa Austronesia Barat. Bahasa Sasak memiliki jumlah penutur yang cukup variasi dialektal, antarpenutur dalam kelompok pemukiman memiliki ciri yang membedakan baik secara linguistik maupun sosial Husnan, dkk. 2008. Faktor ini juga yang menyebabkan adanya sistem keundausukan tingkat tutur bahasa Sasak, yaitu bahasa utame Datu, bahasa halus, dan bahasa jamak biasa. Khusus untuk pem-bagian variasi dialektal baahasa Sasak biase dilakukan oleh Mahsun 2006, yaitu dialek a-a Bayan, dialek a-e Pujut, dialek e-e Selaparang, dan dialek a-o Aiq Bukaq. Lebih jauh, Sirulhaq, dkk. 2009 1 menyatakan bahwa dialek a-e mendominasi penutur bahasa Sasak. Sirulhaq dkk. 2009 28 me-nyatakan bahwa variasi dialek yang memiliki kemungkinan besar untuk distandarkan adalah dialek a-e Pujut. Pertimbangan yang digunakan adalah daerah sebaran dialek tersebut cukup luas 3/4 luas wilayah, berada didaerah dengan kepadatan penduduk cukup telah dilakukan kajian standardisasi variasi dialektal yang akan dijadikan dialek stan-dard an telah ada rumusan usulan variasi yang akan digunakan, sampai tulisan ini dibuat belum ada suatu kesepahaman dan keberterimaan yang massif di masyarakat mengenai bentuk standar yang dimaksud. Hasilnya, belum ada rumusan tata bahasa secara umum termasuk kalimat. Untuk itu, perlu dilakukan kajian salah satunya kata kerja yang lumrah atau berterima. Media yang paling lazim untuk dijadikan patokan adalah buku pelajran muatan lokal bahasa Sasak yang dibuat supaya berterima di masyarakat 616Prosiding Seminar Antarbangsa Arkeologi, Sejarah, dan Budaya di Alam MelayuSasak. Dengan demikain, tulisan ini sangat penting artinya untuk keberlangsungna kajian standardisasi bahasa Sasak berkatian dengan kata kerja. Kajian standardisasi tahun 2009 Kantor Bahasa NTBtelah diusulkan variasi dialek a-e menjadi satu variasi standard bahasa Sasak. Alasan yang digunakan adalah sebaran penutur dialek a-e. Yang ked-ua adalah alasan linguistik atau ilmu bahasa. Prinsip yang digunakan adalah prinsip kejelasan, kringke-san, dan kemudahan dalam pengelolaannya. Dalam hal ini, dialek atau logat lebih umum dikenal oleh penutur bahasa Sasak a-e itu adalah dialek yang biasa-biasa saja, umum digunakan dalam dari daerah barat sampai timur Pulau Lombok. Dialek ini bahkan digunakan oleh penutur dialek a-a, e-e, dan a-o ketika mereka akan ke barat bebat dan ke Mataram beteben. Mengingat belum ada rumusan pasti prihal struktur bahasa Sasak termasuk kata kerja, maka teo-ri kalimat yang digunakan adalah bentuk yang diusulkan oleh pakar bahasa, seperti Verhaar 2004161 dan Chaer 2003 206.Kalimat didenisikan sebagai hubungan gramatika antarkata. Kalimat meru-pakan deretan kata-kata dalam satu kesatuan yang memiliki intonasi tertentu yang dijadikan sebagai pemarkah. Akhir dalam setiap kalimat ditandai dengan tanda titik atau tanda lain. Dengan demikian, kalimat merupakan proses menempatkan kata-kata menjadi kalimat, kalimat tunggal satu verba atau frasa verba dan kalimat majemuk dua klausa atau lebih. Klausa dalam tulisan ini disejajarkan dengan kalimat, yaitu deretan kata yang membentuk kalimat satu verba atau frasa verba. Sebagai tamba-han, prihal kalimat juga tidak lepas dari fungsi, kategori, dan peran konstituen dalam kalimat tersebut. Pensejajaran ini didasarkan pada argumentasi bahwa kedua-duanya mengandung unsur predikasi. Yang menjadi perdebatan adalah klausa terikat dan klausa tidak terikat. Mengingat penelitian ini berusaha untuk memaparkan kata kerja yang digunakan pada buku muatan lokal bahasa Sasak, metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Dengan demikian, data dan hasil olahan data kualitatif dideskripsikan sedemikian rupa sehingga mampu menggambarkan ber-dasarkan hasil kajian wujud kata kerja yang digunakan dalam buku muatan lokal bahasa Sasak. Untuk itu, ada beberapa tahap kerja yang dilakukan untuk sampai pada simpulan tersebut, yaitu wujud data, pengumpulan data, pengolahan data, dan dalam penelitian ini adalah semua kata kerja yang terdapat atau digunakan dalam buku Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Sasak kelas 7—9 yang dibuat dan dipublikasikan oleh Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat tahun 2013. Kata kerja yang diambil tidak berdiri sendiri melainkan bergabung bersama unsur pembangun kalimat. Untuk itu, data dalam tulisan ini adalah kalimat yang digunakan di dalam ketiga buku tersebut yang mengandung atau menggunakan kata kerja. Lebih jauh, kata kerja diberikan kode secara linguistik beserta kata atau gabungan kata yang mendahuluinya dan setelah kata kerja tersebut. Hal ini tidak lain karena berkaitan dengan proses analisis kata kerja sebagai fokus dalam tulisan umum, semua kalimat yang mengandung kata kerja di dalam ketiga buku tersebut memi-liki peluang untuk diambil atau dijadikan data. Namun begitu, untuk keperluan analisis diambil sebagian saja sebagai sampel yang dapat mewakili keseluruhan kalimat di dalam buku-buku tersebut. Masing-masing buku terdiri atas 16 tema utama dan data diambil dari dua tema saja dari masing-masing buku. Dua tema dianggap cukup mewakili karena sudah lebih dari 10 % populasi data secara keseluruhan. Tema yang diambil dipilih menggunakan metode purposive, yaitu memilih berdasarkan kategori yang ditentukan. Kategori yang digunakan adalah tema yang mengandung teks cerita rakyat untuk kelas 7, tema yang mengandung teks prosedural untuk kelas 8, dan tema yang mengandung teks deskripsi untuk kelas 9. Dengan menggunakan kategori tersebut, tema yang diambil pada buku pelajaran muatan lokal bahasa Sasak kelas 7 adalah pelajaran 10 dengan tema Cerita Rakyat Sasak dan pelajaran 14 dengan tema Gumi Selaparang. Tema yang dipilih untuk buku pelajaran muatan lokal kelas 8 adalah pelajaran 4 dengan tema Ares dan pelajaran 11 dengan tema Sangkep. Tema yang dipilih untuk buku pelajaran muatan lokal kelas 9 adalah pelajaran 13 dengan tema Sangar Seni Leq Lombok dan pelajaran 16 den-gan tema Mandiq data dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu identikasi kata kerja di dalam ka-limat, memasukkan data identikasi kalimat ke dalam kolom yang telah ditentukan, dan identikasi 617Integrasi Nusa Maritim dan Penguatan Jalinan Kebhinekaan Alam Melayu di Asia Tenggaraunsur-unsur yang mendahului dan mengikuti kata kerja yang telah diidentikasi sebelumnya. Adapun identikasi unsur-unsur secara linguistik mengikuti pola pengkodean yang dilakukan oleh Tim Penyu-sunan Kamus Bahasa Sasak tahun 2015. Kode-kode unsur tersebut ditampilkan pada bagian glosarium pada akhir tulisan ini. Data dalam tulisan ini dianalisis menggunakan metode deskriptif analitik yang disarankan oleh Ratna 2004 53. Dia mengatakan bahwa terdapat lima proses yang dilakukan dalam analisis data. Ke-limanya adalah 1 pengelompokan fakta-fakta berdasarkan kode linguistik yang telah diterapkan, 2 analisis perbedaan kode yang mendahului dan mengikuti kata kerja, 3 Analisis berdasarkan aspek-as-pek pengkodean yang telah ditentukan, 4 membuat simpulan, dan terakhir 5 membuat rekomendasi. KATA KERJA DALAM BUKU MUATAN LOKAL BAHASA SASAKMengingat kajian mengenai bahasa Sasak terutama masalah linguistiknya tergolong belum be-gitu mapan, dalam tulisan ini analisis dibagia menjadi beberapa bagian sesuai dengan karakter data dan pengkodeann yang telah dilakukan. Bagian yang dimaksud adalah KK setelah Adv, KK ber-aks, KK setelah N, KK setelah Ø, KK setelah KK lainnya, KK setelah P, KK setelah Pron, KK setelah A, KK setelah Neg, dan KK setelah Konj. Itu adalah bagian berdasarkan unsur yang mendahuluinya, sedang-kan berdasarkan unsur yang mengikutinya adalah KK diikuti oleh N, KK diikuti oleh KK lainnya, KK diikuti oleh Adv, KK diikuti oleh P, KK diikuti oleh Kli, KK diikuti oleh Pre, KK diikuti oleh Ø, KK diikuti oleh A, dan KK diikuti oleh Pron. Masing-masing bagian akan disampaikan secara berurutan berdasarkan pengkodean data dan akan ditampilakan contoh seperlunya. Guna lebih memudahkan pe-nyampaian, semua kategori tersebut disimpul dalam dua bagian utama, yaitu KK berkategori transitif dan KK berkategori intransitif. KK Berkategori TransitifKK berkategori transitif dapat ditemui pada hampir semua pola. Berikut akan disampaikan pola-pola yang kerja yang termasuk dalam kategori transitif mengikuti pola setelah Adv, Aks, N, Ø, KKI, P, dan KKT. Di antara ketujuh unsur yang mendahuluinya, untuk yang berkatagri transitif, ada yang diikuti langsung oleh N, KKT, P, Ø, Kli, dan Num. Kata kerja yang transitif hanya diikuti oleh adverbial tanpa ada unsur kata lain di antara keduanya. Kata kerja ini dapat dilihat pada kalimat Sidepade yaq bae/dengah cerite rakyat. Pada contoh ini, KK diikuti langsung oleh juga dengan KK yang didahului oleh aksasi tidak ditemukan ada penjeda di antara kedua. Unsur lain yang mengikutinya dapat berupa KKT lain dan N atau Adv dan N. Pola ini dapat dilihat pada kalimat …dait nenulis malik cerite rakyat…dan …cerite rakyat bepatokan lekan urutan pokok-pokok cerite rakyat saq sampun tetentuan. Dua kalimat ini menyiratkan bahwa di antara KKT dan N dapat disisipkan unsur kata kerja transitif lainnya atau Adv. KKT yang didahului oleh Ø cenderung terdapat pada kalimat perintah, yaitu kalimat yang pelakunya sudah jelas atau umum tetapi tidak tersurat di dalam kalimat ini ada pada kali-mat bace cerite niki. Yang menarik adalah pada pola ini KKT selalu diikuti oleh N meskipun ada satu contoh kalimat yang memiliki penjeda berupa Kli. Kalimat yang dimaksud adalah Tuntel jaq, taletne lolon puntiq bagianne leq tanaq. Nepada kalimat tersebut merupakan klitika yang berasal dari kata nie yang bermakna dia atau ini, hanya ada satu kalimat yang ditemukan memiliki pola KKI diikuti oleh KKT. Ked-uanya diapit oleh N. Kalimat yang dimaksud adalah …, seduaq baturan sino pade uleq jauq lolon puntiq saq tebagiq KKT yang didahului oleh P dapat diikuti langsung oleh N, Kli, Num, atau Kli dan N seccara berurutan. Pola yang diikuti oleh N terdapat pada kalimat …, lamun bait poto…. Pola yang dii-kuti oleh Kli dapat dilihat pada kalimat …lolon puntiq saq taletku. Untuk KKT yang diikuti oleh Num, bentuk KK-nya adalah pasif. Contoh kalimat pola KKT yang diikuti langsung secara bersamaan oleh Kli dan N adalah …, Godek gitaqne lolon puntiq…. 618Prosiding Seminar Antarbangsa Arkeologi, Sejarah, dan Budaya di Alam MelayuPola terakhir untuk KK yang berkategori transitif adalah didahului oleh KKT lainnya. Pola ini dapat diikuti oleh N, KKI, KKT dan N, atau KKT dan Kli dan N. Pola yang diikuti oleh N dapat dilihat pada kalimat …dait nenulis malik cerite. Pola yang dikuti oleh Kli ada pada kalimat wah mulai bekem-bang. Pola yang diikuti secara bersamaa oleh KKT dan N ada pada kalimat …, alur ite wah taek bau buaq puntiq, … Pola yang diikuti oleh tiga unsur berbeda adalah Godek wah mulai baune buaq puntiq sino siq ime Berkategori IntransitifKK berkategoriintransitif dapat ditemui pada hampir semua pola. Berikut akan disampaikan pola-pola yang dimaksud. Kata kerja yang termasuk dalam kategori intransitif mengikuti pola setelah Adv, Ø, P, N, Pron, Neg, A, dan Konj. Di antara kedelapan unsur yang mendahuluinya, untuk yang ber-katagri intransitif, ada yang diikuti langsung oleh KKI, Pre, Kli, Adv, KKT, P, Ø, N, A, dan KKI kata kerja berkategori intransitif yang didahului oleh Adv, di antara keduanya terdapat unsur lain yang menjeda. Unsur lain tersebut adalah A atau N. Unsur penjeda tersebut terdapat pada kalimat …, lamun bait poto tentu becatan bebuaq sengaq poto taoq tiwoq buaqne. Berikutnya, KKI yang didahului oleh Adv secara bersamaan juga diikuti oleh P dan N atau Pre dan Adv. Pola yang diikuti oleh P dan N dapat dilihat pada kalimat …tentu becatan bebuaq sengaq poto taoq tiwoq buaqne, sedangkan pola yang diikuti oleh Pre dan Adv terdapat pada kalimat …, bareh side antih leq KKI yang didahului oleh Ø dapat diikuti oleh KKI, Kli dan N, Ø, atau KKT dan Pron. Pola yang diikuti oleh KKI dapat dilihat pada kalimat Tetuntel, enteh telalo jok kokoq…. Sebagai tambahan, KKI kedua melekat atau didahului oleh klitika te- yang berasal dari kata ite yang artinya kita. Dalam budaya Sasak, kata ite tidak hanya digunakan untuk makna denotatif saja tetapi juga makna konotat-ifnya yang mana orang Sasak sungkan atau tidak suka menyebut atau mendahulukan dirinya dengan menggunaka kata ganti orang aku atau saya. Untuk itu, konteknya harus diperhatikan karena maksud penutur adalah dirinya bukan kita. Pola yang diikuti oleh Kli terdapat pada kalimat ,…taletne lolon…. Untuk pola yang diikuti oleh Ø terdapat pada kalimat dengan kata tunggal yang berisi penegasan atau pertanyaan. Untuk pola yang diikuti oleh KKT dan Pron terdapat pada kalimat melende bauan ite? Pola ini terdapat pada kalimat yang diikuti oleh Pron dapat diikuti oleh KKT dan Num, yaitu pada kalimat lolon puntiq siq pade mauq sino tepeleng jari due,…KKI yang diikuti oleh P dapat diikuti oleh Pre dan N, Kli dan A, Kli dan Pron, Kli, dan P dan N. Kecuali pola yang diikuti oleh P dan N, pola lainnya hanya ditemukan masing-masing satu contoh kalimat ditampilkan secara berurutan di bawah ini. …sahabat sino sampe leq sedin kokoq.…, angkaq tulungte becatan, ……, berat laloq lolon puntiq saq mauqte ne!”…, pade kance lolon puntiq saq untuk pola yang diikuti oleh P dan N terdapat dua contoh dengan variasi pola. Pola pertama tanpa tambahan dan pola kedua terdapat tambahan unsur, yaitu klitika pada KKI. Kalimatnya adalah Godek mulai taek leq lolon puntiq saq tetalet siq KKI yang didahului oleh N dapat diikuti oleh Kli, Adv, P dan N, Ø, KKT dan N, A,KKI dan Pre dan N, dan KKI dan Ø. Contoh kalimat untuk semua pola yang mengikuti ditampilkan di bawah ini.“…, side jonjoqte bae,……, bareh tetalet bareng-bareng,”……, tunggak tebait siq mikir, ….…, seduaq baturan sino pade uleq jauq lolon puntiq……Tuntel wah masak lolo. 619Integrasi Nusa Maritim dan Penguatan Jalinan Kebhinekaan Alam Melayu di Asia TenggaraGodek mulai taek leq lolon puntiq saq tetalet siq Tuntel.… Godek mule ndekne mele KKI yang didahului oleh Neg dapat diikuti oleh Pron, P dan N, N, A dan Kli, dan KKI dan Ø. Contoh kalimatnya ditampilkan secara berurutan. Patut dicatat di sini bahwa Neg yang diikuti oleh Pron mensyaratkan negasi bersama klitika. Di lain pihak, Neg yang diikuti oleh P dan N kata ker-janya berbentuk pasif. Laguq Tuntel ndekne mikir ngeno…… adeqne ndek tao tebait siq laguq ndekte tao bauan diriqte.…, ndek man keruan KKI yang didahului oleh A dapat diikuti oleh N pada kalimat …iye tetu-tetu mele saling KKI yang didahului oleh Konj dapat diikuti oleh Ø, dan Kli dan P dan P dan N. Contoh kalimatnya ditampilkan secara berurutan.…atawe mate?…, sebab taletne leq atas lolon kayuq, …SIMPULANDalam buku pelajaran muatan lokal bahasa Sasak, kata kerja transitif mengikuti unsur kata berkategori Adv, Aks, N, Ø, KKI, P, dan KKT dan diikuti oleh N, KKT, P, Ø, Kli, dan Num. Di lain pihak, KK berkategori intransitif mengikuti kata berkategori Adv, Ø, P, N, Pron, Neg, A, dan Konj dan diikuti oleh KKI, Pre, Kli, Adv, KKT, P, Ø, N, A, dan KKI = Kata kerjaKKT = Kata kerja transitifKKI = Kata kerja intransitifN = NominaAf = AksasiAdv = AdverbiaP = PartikelØ = tidak ada nolKli = KlitikaPre = PreposisiA = AjektivaPron = PronounNum = NumeraliaPas = PasifNeg = NegasiKonj = KonjungsiDAFTAR PUSTAKAChaer, Abdul. 2007. Kajian Bahasa Struktur Internal, Pemakaian, dan Pemelajaran. Jakarta Rineka Ralp W.. 1990. Sociolinguistics of Language. Cambridge Basil Balckwell dkk., 2007. ’Distribusi dan Pemetaan Kosa Kata Halus Bahasa Sasak’. Laporan Pe-nelitian Kantor Bahasa Provinsi NTB.. 620Prosiding Seminar Antarbangsa Arkeologi, Sejarah, dan Budaya di Alam MelayuMahsun. 2006. Kajian Dialektologi Didakronis Bahasa Sasak di Pulau Gama 2006. Speech Styles and Cultural Consciousness in Sasak Cerdas Kutha, Nyoman. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta Pustaka Ahmad; Husnan, Lalu Erwan; Hidayat, Toni Syamsul; Shubhi, M.; Hakim, Lukmanul; dan Rachmawati, Desy. 2009. Kajian Standardisasi Dialek Bahasa Sasak’. Mataram Laporan Pene-litian Kantor Bahasa Provinsi NTBTim Mulok Bahasa Sasak. 2013. Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Sasak kelas 7. Kantor Bahasa Nusa Tenggara Mulok Bahasa Sasak. 2013. Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Sasak kelas 8. Kantor Bahasa Nusa Tenggara Mulok Bahasa Sasak. 2013. Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Sasak kelas 9. Kantor Bahasa Nusa Tenggara Penyusunan Kamus Bahasa Sasak. 2015. Kamus Sasak-Indonesia. Kantor Bahasa Nusa Tenggara 2004. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta Gadjah Mada University Press. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Dialektologi Didakronis Bahasa Sasak di Pulau Gama MediaMahsunMahsun. 2006. Kajian Dialektologi Didakronis Bahasa Sasak di Pulau Gama Styles and Cultural Consciousness in Sasak CommunityMahyuniMahyuni, 2006. Speech Styles and Cultural Consciousness in Sasak Cerdas Metode, dan Teknik Penelitian SastraKutha RatnaRatna, Kutha, Nyoman. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta Pustaka Standardisasi Dialek Bahasa Sasak'. Mataram Laporan Penelitian Kantor Bahasa Provinsi NTBM ShubhiHakimDesy RachmawatiShubhi, M.; Hakim, Lukmanul; dan Rachmawati, Desy. 2009. 'Kajian Standardisasi Dialek Bahasa Sasak'. Mataram Laporan Penelitian Kantor Bahasa Provinsi NTBPelajaran Muatan Lokal Bahasa Sasak kelas 9Tim Mulok Bahasa SasakTim Mulok Bahasa Sasak. 2013. Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Sasak kelas 9. Kantor Bahasa Nusa Tenggara Linguistik UmumJ W M VerhaarVerhaar, 2004. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta Gadjah Mada University Press.
\n\n \n \ncerita rakyat sasak dalam bahasa sasak
Kata"Ling" dalam bahasa Sasak berarti suara dan "sar" artinya suara atau bunyi air yang besar dan deras. Peristiwa Menurut cerita tokoh masyarakat Hindu di Lingsar dan Budiwanti, (2000); Sodli, (2010) , pasukan kerajaan Karang Asem mendarat di pantai sebelah barat Pulau Lombok, lalu bergerak memasuki pedalaman pulau Lombok melalui
Kisah Legenda Pengorbanan Suku Sasak di Lombok Timur Dari suku sasak meninggalkan kisah putri dan pangeran yang perlu Anda ketahui layaknya seorang pahlawan. 19 Mar 2015 Suku Sasak di Lombok Timur punya sebuah legenda pengorbanan layaknya seorang pahlawan. Alkisah seorang Putri nan cantik jelita bernama Putri Mandalika. Putri tak hanya cantik namun dikisahkan baik pula budi pekertinya. Karena kecantikan dan kebaikannya ini, banyak raja dan pangeran yang jatuh cinta kepadanya dan ingin meminangnya. Putri Mandalika menjadi bingung dan tidak bisa menentukan pilihan. Ia tak mau memilih salah satu karena takut peperangan akan terjadi. Karena itulah akhirnya Putri Mandalika memutuskan untuk mengorbankan dirinya dengan menceburkan diri ke laut dan berubah menjadi nyale yang berwarna warni. Suku Sasak percaya bahwa cacing laut jelmaan Putri mandalika ini akan membawa kesejahteraan bagi yang menangkapnya dan orang yang mengabaikannya akan mendapat kemalangan. Tradisi Bau Nyale ini dilakukan oleh Suku sasak untuk menghormati pengorbana Putri Mandalika di laut demi kesejahteraan masyarakatnya. Pesta Bau Nyale pun diwarnai api unggun sambil disertai balas membalas pantun curahan hati. Bau Nyale juga menjadi momen nostalgia pasangan suami istri untuk mengenang kembali kisah cinta mereka. Nyale laut ini menjadikan ikatan cinta semakin kuat ibaratkan hari kasih sayang yang biasa dirayakan banyak pasangan. IL Foto Dok. Corbis AuthorDEWI INDONESIA ARTIKEL LAINNYA Keseluruhan brand tersebut terpilih berdasarkan hasil voting dari masyarakat yang diadakan Tokopedia sejak 25 Oktober-10 Desember 2021.... Sejatinya Usmar Ismail adalah pahlawan untuk perfilman Indonesia yang layak untuk mendapatkan sebuah penghargaan.... TRENDING RIGHT THIS VERY SECOND JOIN OUR COMMUNITY STYLE SCOUT

Jakarta Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat (NTB) berupaya membumikan kembali Cupak Gerantang. Ini merupakan salah satu karya sastra masyarakat Sasak di Kabupaten Lombok Utara, NTB, yang berbentuk prosa. Kepala Kantor Bahasa NTB Umi Kulsum mengatakan, Cupak Gerantang hampir tidak dipahami lagi oleh masyarakat Sasak, khususnya generasi kedua.

adapada cerita rakyat suku sasak "Tiwoq-Iwoq". Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah studi menggunakan bahasa yang indah sehingga menjadi sebuah karya sastra. Sastra di Indonesia mengalami perkembangan hingga sekarang ini. Berawal dari
Penelitianini bermaksud menggali makna dan nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam cerita rakyat Sasak untuk disebarluaskan kepada generasi muda dan masyarakat Sasak. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kaulitatif dengan pendekatan pragmatik dengan empat tahap, yaitu (1) tahap pengumpulan data, yaitu mengumpulkan semua
Banyaknyanaskah yang ditemukan di Lombok dalam jumlah besar mengindikasikan bahwa tradisi tulis telah berkembang dengan baik sejak masyarakat Sasak mengenal tulisan Beberapa tulisan (aksara) yang digunakan dalam naskah-naskah di Lombok adalah aksara Jejawen, Arab, Bali, dan beberapa di antaranya (tapi jarang ditemukan) Bugis [2].
2 Tingkatan Bahasa Sasak Bahasa Sasak mempunyai tingkatan sebagaimana bahasa daerah lain yang ada di Indonesia. Dalam bahasa Sasak terdapat tingkatan, yaitu bahasa tutur halus dan bahasa tutur biasa. Tingkatan bahasa ini disebabkan adanya peperangan pada masa silam, yaitu peperangan antara Kerajaan Karang Asam dari Bali dan Kerajaan Lombok. PHS6WgL.
  • 195rgs6n1j.pages.dev/369
  • 195rgs6n1j.pages.dev/437
  • 195rgs6n1j.pages.dev/293
  • 195rgs6n1j.pages.dev/310
  • 195rgs6n1j.pages.dev/459
  • 195rgs6n1j.pages.dev/108
  • 195rgs6n1j.pages.dev/488
  • 195rgs6n1j.pages.dev/400
  • cerita rakyat sasak dalam bahasa sasak